Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Kepemimpinan merupakan titik pusat dan penentu kebijakan dari kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam organisasi. Pengertian
kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.
Tead; Terry; Hoyt (Kartono, 2003)
Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni memengaruhi
orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan – tujuan yang diinginkan
kelompok.
b.
Young (Kartono, 2003)
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup medorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
c.
Ensiklopedi Wikipeedia
Kepemimpinan meliputi proses memengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kapamimpinan juga
diartikan sebagai proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
d.
Tannebaum, Weschler, and Nassarik (1961, 24)
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam
situasi tertentu dan langsung elalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan tertentu.
h.
Shared Goal, Hemhiel, and Coons (1957, 7)
Kepemimpinan adalah sikap pribadi yang memimpin
pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
i.
Rauch and Behling (1984, 46)
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi
aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.
j.
Jacobs and Jacque (1990, 281)
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi
arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerja sama dan dihasilkan dengan kemauan
untuk memimpin dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi orang
lain (bawahan atau kelompok), kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Tipe-tipe
Kepemimpinan
Setiap pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya mempunyai cara dan gaya. Pemimpin itu mempunyai sifat,
kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang khas, sehingga
tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya hidupnya
ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Ada pemimpin yang
keras dan represif, tidak persuasif, sehingga bawahan bekerja disertai rasa ketakutan,
ada pula pemimpin yang bergaya lemah lembut dan biasanya disenangi oleh
bawahan. Kegagalan atau keberhasilan yang dipimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas perkerjaannya menunjukkan kegagalan atau keberhasilan pemimpin itu
sendiri.
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang
pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh
mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari
luar (Robert, 1992). James et. al. (1996) mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin
dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Pengertian gaya kepemimpinan menurut
Tampubolon (2007) adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Raph White dan Ronald
Lippitt dalam Winardi (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu
gaya yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahan.
Terdapat lima tipe kepemimpinan yang
disesuikan dengan situasi menurut Siagian (2002), yaitu :
a.
Tipe Otokratik
Gaya
pemimpin dimana pemimpin yang memiliki wewenang dalam memutuskan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh pemimpin yang otoriter
tersebut, sedangkan karyawan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan
bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteristik yang
negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik
adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan
menunjukkan sikap yang menonjolkan “ke-aku-annya”, antara lain dalam bentuk :
·
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama
dengan alat-alat lain dalam organisasi seperti mesin sehingga dipandang
kurang menghargai harkat dan martabat bawahan atau karyawan.
· pengutamaan orientasi
terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas
itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya
· pengabaian peranan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan
pemimpin yang otokratik antara lain:
· tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
· menganggap organisasi sebagai milik pribadi
· menuntut ketaatan penuh
dari para bawahannya
· penggerakannya sering mempergunakan approach
yang mengandung unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)
· dalam menegakkan
disiplin menunjukkan keakuannya
· bernada
keras dalam pemberian perintah atau instruksi
· menggunakan pendekatan
punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan
Kelebihan
model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada
satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia
memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada
adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan
sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian ini. Mereka sangat
mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau
dimakan adalah prinsip hidupnya.
b.
Tipe Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip
dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando,
keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut
adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki
saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi
hanya berlangsung searah.
c.
Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama
masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para
anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai
tauladan atau panutan masyarakat. Kepemimpinan paternalistik lebih
diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai
berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir
tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan
imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu
dan maha benar. Biasanya tokoh-tokoh adat, para
ulama, dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
d.
Tipe Kharismatik
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
Kelebihan
gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona
dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan
gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan
tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa
dianalogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu
menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang-orang
yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan
ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin
akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
e.
Tipe Demokratik
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara
luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis
pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para
bawahannya.
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono,
2003); Shinta (2002) membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam selain yang
disebutkan diatas. Macam – macam Tipe Kepemimpinan:
1. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak
memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua
pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin
hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak
mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan
atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya
biasanya morat marit dan kacau balau.
2. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali
sikap nasionalisme.
3. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan
yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi
yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan
sosial ditengah masyarakat.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan
bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern karena:
· senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan
· selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha mencapai
tujuan
tujuan
· selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya
·
selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin
Sedangkan Robinss (2006)
mengidentifikasi empat jenis gaya kepemimpinan antara lain:
a. Gaya
kepemimpinan kharismatik
Para
pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika
mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima
karakteristik pokok pemimpin kharismatik:
· Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal
yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain
· Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal
tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk
meraih visi
· Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala
lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan
· Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif
(sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif terhadap
kebutuhan dan perasaan mereka
· Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam
perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma
b. Gaya
kepemimpinan transaksional
Pemimpin
transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut
mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan
tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan
pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi
bawahannya. Terdapat empat karakteristik pemimpin transaksional:
· Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang dilakukan,
menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian
· Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dean mencari
penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan
· Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika
standar tidak dipenuhi
· Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan keputusan
c. Gaya
kepemimpinan transformasional
Pemimpin
transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan
dari masing-masing pengikut, Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para
pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama
dengan cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami
para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.
Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:
· Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan,
meraih penghormatan dan kepercayaan
· Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana
· Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan
pemecahan masalah secara hati-hati
· Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan
secara pribadi, melatih dan menasehati
d.
Gaya kepemimpinan visioner
Kemamuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang
realistis, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit
organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika
diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga
bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan
keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya
Ada pula sumber yang mengemukakan lima gaya
kepemimpinan yang hampir sama dengan tipe kepemimpinan yang dikemukakan
Siagian. Namun sumber itu tidak menyebutkan tipe militeristik, tapi justru
menjelaskan tipe laissez faire (
bebas) sebagai gantinya. Adapun penjelasan dari tipe ini adalah sebagai
berikut:
·
Tipe Bebas
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang
kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi. Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya
organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota
organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang
menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa
yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu
sering intervensi. Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
·
Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
·
Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah
dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata
menuntut keterlibatannya langsung
·
Status quo organisasional tidak terganggu
·
Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif
diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri
·
Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi
kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat
yang minimum.
Karakter
Pemimpin yang Efektif
Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada
saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Perlu diingat bahwa
saat seseorang memutuskan (baik secara sadar atau tidak) untuk mengikuti
kepemimpinan anda, keputusan itu terutama karena satu atau dua hal berikut :
karakter anda atau kemampuan anda. Mereka ingin memastikan apakah anda adalah
seseorang yang pantas mereka ikuti, atau apakah anda memiliki
kemampuan untuk membawa mereka pada keberhasilan.
Ditengah-tengah dinamika organisasi
(yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf/individu yang
berbeda-beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi penerapan
gaya-gaya kepemimpinan perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Untuk
mencapai pemimpin yang efektif, perlu memiliki tiga kemampuan khusus
yakni :
a.
Kemampuan analitis (analytical skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
b.
Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills), yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan
analisa terhadap siatuasi.
c.
Kemampuan berkomunikasi (communication skills), yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang Anda
terapkan.
Ketiga kemampuan diatas sangat
dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat
melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah
informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Ensiklopedi Wikipedia menuliskan
bahwa cara menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku. Guru manajeman
terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat:
"pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi
organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata”.
Sondang
(1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang
efektif apabila :
a.
seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
b.
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk
menduduki jabatan kepemimpinannya
c.
ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan
Konsep mengenai persyaratan
kepemimpinan selalu berkaitan dengan tiga hal, yakni:
a.
Kekuasaan, ialah kakuatan, otoritas, dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pimpinan guna memengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat
sesuatu.
b.
Kewibawaan, ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu
mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patut pada pemimpin dan bersedia
melakukan perbuatan – perbuatan tertentu.
c.
Kemampuan, ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan, kedayaan atau ketrampilan
teknis maupun sosial yang dianggab melebihi kemampuan anggota biasa.
Stop Dill dalam bukunya “Personal
Factor Associated with Leadership” menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki
beberapa kelebihan yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, dan
status. Sedangkan menurut Earl Nightingale dan Whitf Schult mengemukakan bahwa
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dan syarat sebagi berikut:
a.
Kemandirian
b.
Rasa ingin tahu yang besar
c.
Terampil dan pandai di segala bidang
d.
Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan
e.
Selalu ingin mendapat yang sempurna
f.
Mudah menyesuaikan diri
g.
Sabar dan ulet
h.
Komunikatif serta pandai berbicara
i.
Berjiwa wiraswasta
j.
Sehat Jasmani, dinamis, sanggup dan berani mengambil resiko
k.
Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya
l.
Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan
m.
Memiliki motivasi tinggi
n.
Punya imajinasi tinggi
Dari beberapa hal yang disebutkan di
atas penulis meniyimpulkan bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan anggota-anggotanya. Kelebihan tersebut membuat
pemimpin lebih berwibawa dan dipatuhi oleh bawahan, dan yang lebih utama harus
dimiliki adalah kelebihan moral dan ahklak.
Pendekatan
Kepemimpinan
Seorang pemimpin dengan
kepemimpinannya mampu memengaruhi dan mengarahkan tingkah laku para anggotanya
atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menentukan persyaratan-persyaratan
seseorang menjadi pemimpin, Scott dalam Kartono (2005), mengemukakan beberapa
persyaratan sebagai berikut:
a.
The Great Man Approac (pendekatan orang besar)
Syarat ini
menyatakan adanya kemampuan yang luar biasa dari seorang pemimpin, sehingga
dengan segenap kualitas unggulnya dia dapat membawa para anggota kepada sasaran
yang ingin dicapai. Sifat-sifat utama pendekatan ini antara lain intelegensi
tinggi, kemampuan berkomunikasi, dan kepekaan terhadap iklim psikis
kelompoknya.
b.
The Trait Approach (pendekatan ciri atau sifat)
Syarat ini
menyatakan sederetan sifat-sifat unggul, sehingga pemimpin dapat memengaruhi
anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu dengan prinsip pembagian tugas.
c.
The Modified Trait Approach (pendekatan ciri yang diubah)
Syarat ini
menyatakan adanya sifat-sifat unggul itu dapat diubah, diganti secara luwes
atau dibatasi sesuai dengan situasi dan kondisi.
d.
The Situasional Approach (pendekatan situasional)
Syarat ini meyatakan
bahwa sifat-sifat pemimpin bukanlah satu-satunya hal yang menentukan derajat
kualitas pemimpin, melainkan situasi dan lingkunganlah yang merupakan faktor
penentunya. Kemungkinan yang terjadi bahwa seorang pemimpin yang efisien pada
saat sekarang ini, belum tentu mampu menjabat tugas kepemimpinan pada saat lain
dengan kondisi – kondisi yang berbeda.
Studi kepemimpinan bisa
dikelompokkan menjadi empat pendekatan. Fiedler dalam Nawawi (2003) menyatakan
keempat teori kepemimpinan tersebut, yaitu:
a.
Teori Great Man dan Teori Big Bang
Teori ini
mengemukakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir
dari kedua orang tuaya. Bennis dalam Nawawi (2003) menyatakan pemimpin
dilahirkan bukan diciptakan. Teori ini melihat kekuasaan berbeda pada sejumlah
orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau
karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin.
Teori ini mengintegrasikan antara situasi dan pengikut anggota organisasi sebagai
jalan yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud
adalah peristiwa – peristiwa atau kejadian – kejadian besar seperti revolusi,
kekacauan, pemberontakan, reformasi, dan lain – lain.
b.
Teori Sifat atau Krakteristik Keperibadian
Teori ini
mengemukakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki
sifat-sifat atau krakteristik kepribadian yang dibutuhkan oleh seorang
pemimpin, meskipun orang tuanya khususnya ayah bukan seorang pemimpin. Teori
ini ini bertolak dari pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat/krakteristik kepribadian yang dimiliki.
c.
Teori Perilaku
Teori ini
bertolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi,
tergantung pada perilaku atau gaya bersikap dan/atau gaya bertindak seorang
pemimpin. Dengan demikian berarti juga teori ini juga memusatkan perhatiaannya
pada fungsi-fungsi kepemimpinan. Dengan kata lain keberhasilan seorang pemimpin
dalam mengefektifkan organisasi, sangat tergantung dari perilaku pemimpin itu
sendiri dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan di dalam strategi
kepemimpinannya.
d.
Teori Kontingensi atau Teori Situasional
Teori
situasioanal dapat disimpulkan bahwa seseorang pemimpin yang efektif harus
memperhatikan faktor-faktor situasional yang terdapat di dalam organisasi.
Karena faktor-faktor situasi tersebut tidak selalu tetap, maka diperlukan
kemampuan dari pemimpin untuk mengadaptasi kepemimpinan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi.
Menurut M. Thoha (1994:250)
mengungkapkan beberapa teori kepemimpinan yaitu:
a.
Teori Sifat (Trait Theory)
Pada
pendekatan teori sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan
memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Yaitu apakah sifat-siftat
yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam teori sifat, penekanan lebih
pada sifat-sifat umum yang dimilki pemimpin, yaitu sifat-sifat yang dibawa
sejak lahir. Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan
bahwa pemimpin dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.
Sehubungan
dengan hal tersebut , Keith Davis (dalam Kartini Kartono, 1994:251) merumuskan
empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
efektifitas kepemimpinan yaitu:
·
kecerdasan, pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dipimpin
·
kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial, dia
mempunyai keinginan menghargai dan dihargai
·
motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha
mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik
·
sikap dan hubungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui
harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
b.
Teori Situasional dan Model Kontingensi
Dalam model
kontingensi memfokuskan pentingnya situasi dalam menetapkan gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga model tersebut
berdasarkan kepada situasi untuk efektifitas kepemimpinan. Menurut Fread
Fiedler, kepemimpinan yang berhasil bergantung kepada penerapan gaya
kepemimpinan terhadap situasi tertentu. Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan
efektif pabila gaya kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut Fiedler (dalam Abi Sujak, 1990:10)
mengelompokkan gaya kepemimpinan sebagai berikut:
ü Gaya
kepemipinan yang berorientasi pada orang (hubungan).
Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja
Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja
ü Gaya
kepemimpinan yang beroreitasi pada tugas. Dalam gaya ini pemimpin akan merasa
puas apabila mampu menyelesaikan tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak
memperhatikan hubungan yang harmonis dengan bawahan atau anggota, tetapi lebih
berorentasi pada pelaksanaan tugas sebagai prioritas yang utama
c.
Teori Jalan Kecil-Tujuan (Paht-Goal Theory)
Dalam teori
Jalan Kecil-Tujuan berusaha untuk menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin
terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahan atau angotanya.
Berdasarkan hal tersebut, House (dalam M. Thoha, 1996:259) dalam Path-Goal
Thery memasukkan empat gaya utama kepemimpinan sebagai berikut:
·
Kepemimpinan direktif, gaya ini menganggap bawahan tahu senyatanya apa yang
diharpkan dari pimpinan dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pimpinan.
Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahan atau anggota
·
Kepemimpinan yang mendukung, gaya ini pemimpin mempunyai kesediaan untuk
menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan mempunyai perhatian
kemanusiaan yang murni terhadap bawahan atau anggotanya
·
Kepemimpinan partisipatif, gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaha meminta dan
mempergunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan
masih tetap berada padanya
·
Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi, gaya kepemimpinan ini menetapkan
serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berprestasi. Demikian
juga pemimpin memberikan keyakinan kepada mereka mampu melaksnakan tugas
pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
Sumber
Kekuasaan Pemimpin
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh
pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku
individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi
individu, kelompok, keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan
wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan
menyebabkan konflik dalam organisasi.
Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:
1. Pertama kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat
dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi,
respek dan terikat pada pemimpin.
2. Kedua kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari
wewenang formal organisasi.
Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence)
yaitu tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau
tingkah laku orang lain atau kelompok. Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh
individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
1. Kekuasaan
menghargai (reward power)
Kekuasaan
yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi
penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah.
Berupa bonus sampai senioritas atau persahabatan yang membuat orang lain
mengikuti perintah.
2. Kekuasaan
memaksa (coercive power)
Kekuasaan
berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau
tidak memenuhi perintah atau persyaratan. Berupa teguran , peringatan dan
hukuman.
3. Kekuasaan
sah (legitimate power)
Kekuasaan
formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan
seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh
sampai pada batas tertentu. Biasanya diadalakan pemilihan untuk pemilihan
pemilik kekuasaan (pemimpin) dari calon-calon yang ada.
4. Kekuasaan keahlian
(expert power)
Kekuasaan
yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai
keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang
dipengaruhi. Seperti professional atau tenaga ahli.
5. Kekuasaan
rujukan (referent power)
Kekuasaan
yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi
pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. Adanya
karisma, keberanian, simpatik yang timbul dalam seseorang menyebabkan seorang
pemimpin memiliki kekuasaan.
Teori
kontingensi kepemimpinan
Teori kepemimpinan oleh fiedler
adalah teori yang menekankan pada hubungan pemimpin dengan bawahannya serta
sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi. Kuisioner
LPC (least preferred coworker) dapat digunakan untuk mengidentifikasi gaya
kepemimpinan seorang pemimpin. Jarak pemimpin dengan bawahan dan orientasi
pemimpin (pada tugas/hubungan). Pemimpin dengan skor LPC yang tinggi akan
berorientasi pada hubungan ( relationship oriented ) dan pemimpin yang LPC-nya
tinggi akan lebih berhasil pada situasi kelompok yang secara moderat
menguntungkan. Sedangkan pemimpin dengan skor LPC yang rendah akan berorientasi
pada tugas ( task oriented ) dan akan lebih berhasil dalam situasi kelompok
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Teori-teori kontingensi
berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam
berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang
kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi
kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para
pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin
dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat
diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil,
maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti
sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat
keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha
para pengikut.
LPC Contingency Model dari Fiedler
berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel situasional pada
hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model
ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk
situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin
dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang menguntungkan
maupun tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory menjelaskan bagaimana
para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang berbeda
dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih
memusatkan perhatiannya pada para pengikut. Teori ini menekankan pada perilaku
pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan pemimpin
pengikut.
Leader Participation Model
menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan
dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis
situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku kepemimpinan seseorang yang
bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.